Selasa, 23 Desember 2008

Ja'far bin Abu Thalib (Salah Seorang Syuhada Yang Terbang)

Ia adalah putra paman Rasulullah SAW yang paling mirip dengan beliau. Tergolong lebih dahulu dalam memeluk Islam. Tentangnya Rasulullah SAW bertutur, "engkau mirip akhlak dan bentukku."
Ja'far bin ABi Thalib menjadi ketua rombongan kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah. Ia mendebat 'Amr bin Ash (yang kala itu belum masuk Islam) dihadapan raja Najasyi.
Ia berkata, "Wahai raja, kami dahulu adalah kaum jahiliyah pemnyembah berhala, pemakan bangkai, berbuat kekejian dan memutuskan silaturahmi, selain suka berbuat jahat kepada tetangga. Yang kuat dari kami memakan yang lemah. Sampai Allah membangkitkan kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami, yang nasabnya, kejujurannya, keterpercayaan dan kebersihannya telah kami kenal. Ia menyeru kami ke jalan Allah. Ia mengajak kami untuk mengEsakan Allah dan meninggalkan kebiasaan tuhan yang biasa disembah oleh kami dan nenek moyang kami. Dia menyuruh kami untuk jujur dalam bicara, menunaikan amanat, menyambung silaturahmi, berbuat baik kepada tetangga dan menjauhi perbuatan haram, termasuk pertumpahan darah, juga menghindari dusta, memekan harta anak yatim, menuduh wanita yang baik berbuat zina.
Kami membenarkannya dan mengimaninya. Ternyata kami dimusuhi oleh kaum kami sendiri. Mereka menyiksa dan menyakiti kami agar kami kembali kepada agama mereka yaitu menyembha berhala. Ketika mereka memaksa kami, menzalimi dan menyikasa kami serta menteror kami, maka kami datang ke negeri engkau dengan harapan kami mendapat keamanan disini." (Sirah Ibnu Hisyam)
Maka Amr bin Ash menjawab, "Pengikut Muhammmad itu berpendapat aneh tentang Maryam." Maka Ja'far membaca surat Maryam dari pertama. Mendengar ayat dibacakan, maka raja Najasyi menangis lalu ia berkomentar : Demi Allah, apa yang disampaikannya dengan apa yang dibawa oleh 'Isa adalah sama."
Kemudian raja Najasyi mempersilahkan Amr bin Ash dan temannya untuk meninggalkan negeri itu dan menyuruh rombongan kaum muslimin yang diketuai Ja'far untuk tetap tinggal. Kepada rombongan kaum muslimin, Najasyi berkata : "Kalian bebas disini dalam keadaan aman. Dan orang yang menyakitimu harus menanggung akibatnya."
Raja Najasyi yang dahuylu kekuasaannya telah lenyap dikembalikan oleh Allah. Lalu ia menolak hadiah yang akan diberikan oleh orang-orang Quroisy seraya berkata, "Bawalah kembali hadiahmu. Aku tidak membutuhkannya. Demi Allah, Allah tidak mengambil suap dariku saat Dia mengembalikan kekuasaanku, maka akupun tidak mau mengambil suap." (Sirah Ibnu Hisyam).
Ja'far bin Abu Thalib kembali bersamaan dengan pennaklukan tanah Khaibar. Sehingga Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak tahu kenapa aku girang, apakah karena penaklukan tanah Khaibar atau karena kepulangan Ja'far."
Ja'far rindu mati syahid. Pada pertempuran Mu'tah dan setelah kematian Zaid bin Haritsah sebagai panglima serdadu Islam. Ja'far benar-benar menjadi pahlawan. Ia memegang posisi komandan hingga buntunglah kedua tangannya yang diganti Allah dengan dua sayap untuk terbang menuju surga sesukanya.
Saat sampai berita kematiannya, Rasulullah SAW berujar, "Bikinlah makanan untuk keluarga Ja'far, karena mereka sedang sibuk." (HR. Tirmidzi).
ABu Hurairoh berkomentar memuji Ja'far, "Manusia terbaik bagi orang-orang miskin adalah Ja'far bin Abu Thalib.
Semoga Allah meridhoi Ja'far.

Tidak ada komentar: